Author: Sakerah

Bagaimana Presentasi Yang Lebih baik

Pengalaman presentasi bertahun tahun… Ini saya share beberapa cara presentasi yang lancar

  • Tidak lebih dari 3 point yang mau di bicarakan di slide
  • Slide kudu concise dan fokus, kebanyakan angka malah membingungkan
  • Flow story kudu nyambung dari slide ke slide
  • Untuk menyambung slide, ada kata kata penghubung Mis: sekarang bagaimana dengan penjualan di provinsi Jawa barat… baru slidenya diganti ke slide ttg jawa barat… bukan di ganti dulu baru ngomong
  • Jangan baca slide… melirik slide harus sudah tahu tentang apa yang kudu di fokuskan
  • Bicara menghadap audience, menghadap slide hanya apabila mau menujukkan support data
  • Be energetic
  • Dont tell joke if you are not comfortable… only advanced presenter can pull it off
  • Coba ceritakan kembali pokok presentasinya dalam 3-5 menit tanpa slide, seperti kalau anda tiba tiba bertemu CEOnya di lift,  dan minta di update saat itu juga

Depresi…Kurang dekat dengan Tuhan ?

depression-1250897_960_720

Dulu saya sangat “mengecilkan” orang yang menderita depresi atau memiliki tendensi bunuh diri… Pasti orangnya tidak percaya tuhan, pasti tak pernah berdoa dll dll selalu itu yang saya pikirkan… semua berubah ketika saya ditemukan dengan beberapa teman yang menderita hal ini.

Sungguh membuka mata dan hati… Apa yang saya pikirkan semuanya tidak ada yang benar… dan saya merasa sangat bersalah.

Saya baru menyadari, bahwa ketika depresi itu datang, tak ubahnya anda seperti kena serangan kram perut… atau maagh akut… atau apapun penyakit yang memberikan sakit fisik kepada anda… hanya saja ini psikis…

Ruang tiba tiba mengecil…  mencekik, semua yang anda lakukan tak berguna, rasa bersalah yang tiba tiba datang memuncak, seperti semua orang berteriak menyalahkan anda… bising sangat… anda ingin pergi dari dunia…

Dan ketika semua ini datang… menyuruh berdoa, menyuruh lebih dekat dengan yang kuasa… tidaklah membantu… malah mungkin memperparah keadaan… menyalahkan penderita depresi karena tak dekat dengan Tuhan.. :(

Percayalah beberapa penderita memiliki jiwa yang cantik luar biasa, doanya tak putus, Tuhan selalu ada setiap perbuatan, ingin bisa membantu sesama, ingin berbuat lebih banyak, ingin memberikan yang terbaik buat anak anaknya, anak yatim piatu…  mungkin mereka lebih dekat dengan Tuhan daripada yang menyuruh…

Mereka mampu membasuh jiwa jiwa yang kering dengan kesederhanaan, dengan menunjukkan perjuangan, dengan perhatian kepada sesama, dengan rendah hatinya…

Kita susungguhnya harus malu untuk mengatakan bahwa mereka kurang dekat dengan Tuhan

Jakarta, setelah membaca stellernya Vena berjudul black dog

Zohri adalah ayam pajangan

Ketika sebuah rezim di Indonesia ditanya kenapa negara kita miskin prestasi…. jawabanya akan berputar tentang kurangnya infrastruktur dan dana yang kurang memadai… pun ketika infrastruktur dan dana sudah disiapkan… jawabnya akan masih kurang… Intinya kita tidak akan ada ayam selama telurnya tidak ada…

Zohri membuktikan sebaliknya… dia sudah berprestasi tanpa ada infrastruktur dan dana yang memadai… apa yang di dapatkannya..? dia hanya menjadi rebutan politik, bahkan kitapun tak mau mengakui bahwa Zohri memakai bendera Polandia yang di balik

Setiap orang mengelu elukannya, Mentri yang gak ada kerjaannyapun tiba tiba latah membuatnya sebagai pahlawan… Presiden mengundang ke istana negara dan lain lain dan lain lain.

Tapi apa yang sebenarnya di dapatkan Zohri..? Rumah yang di perbaiki? paket umrah dari entah siapa? beberapa kepin uang receh..? ya itu semua baik tapi yang dibutuhkan beliau bukan itu…

Ini adalah momentum bahwa bangsa Indonesia sudah mendapatkan ayam… rantai khianat “ayam dan telur mana duluan” sudah di patahkan… sudah seharusnya dipikirkan bagaimana mensupport Zohri menjadi lebih baik lagi… lebih berkarya lagi, menularkan kepada generasi baru, mensupportnya…

Tapi yang terlihat sebaliknya… ayamnya di kasih kandang, di kasih pakan, dikasih jalan jalan… bentar lagi mungkin jadi bintang iklan…  beliau akan naik gaya hidupnya, akan miskin prestasi kedepannya, berhutang untuk mempertahankan gaya hidupnya dan dia akan hilang ditelan masa…

Zohri akan cuma jadi ayam pajangan dan mati mengenaskan… kita sungguh biadab…

Jakarta diantara sebal 2 jam

@ichwanpersada: Bagaimana Menyikapi Ketika Bertemu Investor Film Pemula

Di paparkan di twitter oleh @ichwanpersada silahkan menghubungi beliau untuk komunikasi selanjutnya

Tiap ketemu investor baru dan sama sekali belum punya pengalaman terlibat di film, maka saya selalu tanya 2 hal: referensi dan ekspektasi. Kedua hal ini perlu diketahui dari awal agar kita tahu dimana seharusnya berpijak.

Referensi penting agar kita paham selera sang investor dan ekspektasi juga tak kalah penting karena kita bisa mengukur apa yang ingin dicapai dari produksi film yang akan dibuat. Semuanya akan relate ke satu hal: DUIT.

Sang investor pun bercerita bahwa ia ingin bikin drama musikal. Dalam hati saya berkata, “Yess!” Salah satu cita-cita saya bikin drama musikal karena kebayang ribetnya ampun-ampunan dan pasti bakal sangat menantang.

Lantas ia menyebut “The Greatest Showman” sebagai salah satu referensi. Dan dalam hati lagi-lagi saya berteriak kencang, “Yessssss!” Film itu jadi salah satu drama musikal favoritku sepanjang masa.

Pada dasarnya saya orang yang optimis. Jadi saya memandang segala sesuatu terlebih dulu dari sisi baiknya. Bagus dong kalo ada investor lokal mau bikin drama musikal selevel “The Greatest Showman”.

Setelah bicara referensi, lantas kita beralih ke topik selanjutnya: ekspektasi. Selain pencapaian secara artistik, salah satu cara mengukur sukses film ya dari perolehan penonton. Dan sang investor mantap menjawab bahwa target mereka 2 juta penonton. Baiklah.

Selain optimis, saya juga punya sisi realistis tentunya. Dan setelah mendengarkan keinginan dan keyakinan sang investor, waktunya bagi saya untuk merespon, meski mungkin akan terdengar pahit olehnya. Hiks.

Saya bilang seperti ini. Kalau mau pencapaiannya seperti “The Greatest Showman”, effort-nya harus luar biasa gede juga. Kita tiru mentah-mentah saja apa yang paling menarik dari film itu. Yang pertama, tentunya lagu-lagunya yang super keren dan sebagian sing-along banget.

Lantas set-nya pun luar biasa spektakuler dengan tata artistik yang extravagant. Dan jangan lupa yang paling ribet adalah bagaimana menata koreografi puluhan pemain agar tetap menonjol dan saling menutupi dan gak lebay.

Most important thing adalah punya skenario yang mantap. Investasi terbesar dari sebuah produksi film adalah skenario. Kita boleh punya bujet produksi gak gede, tapi mesti berani spend bayar penulis skenario dengan kualitas bagus dong.

Sang investor menyebutkan bahwa ia sudah meng-hire seorang penulis skenario. Ketika namanya disebut, bahkan dipanggil 3 kali, saya gak ngeh. Sopo toh? Saya ngecek di juga gak nemu nama orang yang dimaksud.

Saya mulai dag-dig-dug. Dan makin berasa seeer-nya ketika diminta baca sinopsis yang ditulis oleh si penulis skenario. Subhanallah, masa sih bikin sinopsis 1 halaman dengan perkenalan singkat karakter, jelasin konfliknya apa dan bagaimana resolusi konfliknya kagak bisa?

Buat saya, kalo seseorang mengklaim diri sebagai penulis skenario dan bikin sinopsis 1 halaman kagak bisa ya gimana logikanya mau nulis 80-100 halaman skenario dengan struktur yang rapi? Kita belum ngomongin hal-hal teknis lain lho ya.

Setelah bahas sedikit soal skenario, saya bilang bahwa kalo mau bikin film dengan referensi seperti “The Greatest Showman” ya persiapannya mesti luar biasa. Mungkin latihan koreo dan nyanyinya bisa 3 bulan, dan syutingnya pasti lamaaaaa.

Saya belum pernah bikin film action dan musikal dan di bayangan saya bakal sama ribetnya. Gak bisa buru-buru karena banyak elemen terlibat di depan kamera. Mungkin cuma bisa 1 scene 1 hari tuh. Bayangin kalo skenario punya 120 scene tuh.

Dari situ juga bisa menakar soal biaya. Katakanlah sehari syuting abis minimal cepek lah. Kalo syuting 1 scene 1 hari untuk 120 scene, berarti perlu 120 hari syutingnya. Artinya buat operasional syuting aja bisa 12 M sendiri.

Saya melihat kekhawatiran mulai muncul di wajah investor. Mungkin ia gak terbayang bahwa bikin film drama musikal itu super ribet. Tapi saya harus menjejakkan kaki sang ke investor ke tanah agar ia tak dibegoin orang lain nantinya.

Salah satu “penyakit” orang yang gak pernah bikin film adalah menganggap hampir semua film Indonesia gak ada yang bagus. Saya sih senyum-senyum saja mendengarnya. Rupanya itu karena sang investor baru saja nonton sebuah film keluarga di bioskop dan tak memuaskan hatinya.

Saya ditanya perihal film tersebut dan saya bilang bahwa saya hepi-hepi aja tuh nontonnya. Saya menegaskan ketika saya nonton film di bioskop, saya gak pernah datang dengan keinginan untuk mengkritik. Memang pure untuk menikmati dan terhibur. Mungkin saya tipe penonton receh.

Setelah soal referensi, sekarang kita bicara soal ekspektasi 2 juta penonton yang dahsyat itu. Kebetulan saya menggandeng tim yang bisa memaparkan detil terkait ekspektasi itu. Tim saya bilang kalo mau dapat penonton segitu ya harus reach ke calon penonton potensial 40 juta.

Ngomongin soal target penonton itu kan mesti bicara data. Mesti ngomongin effort yang harus dikeluarkan seberapa besar, cakupan promosi seberapa luas, aktifitas promosi seberapa kuat. Gak bisa njemplak bikin target penonton ala ngayal-ngayal babu.

Ketika tim saya memaparkan semuanya dan berujung pada satu hal tentang berapa rupiah yang harus digelontorkan, wajah sang investor terlihat makin grogi. Ya iya dong, mau dapet 2 juta penonton, tapi pancingannya pake ikan teri, ya mana bisa lah?

Film Indonesia memang lagi bagus-bagusnya, makanya banyak investor mau ikutan main disana. Tapi investor juga mesti dikasih tahu bahwa kalo mau dapat gede, umpannya juga mesti gede. Udah gak jaman pakem “modal sekecil-kecilnya untuk hasil sebesar-besarnya”.

Tugas produser itu selain ngeyakinin investor bahwa duitnya aman, juga mesti ngasih tahu pahit-pahitnya juga. Kalo mereka mau “bakar duit” ya kita bakarin. Tapi kalo mau cari duit, ya kita bikinin kalkulasi yang bener. Supaya mereka gak sekali bikin film trus kapok.

Setelah ngomong pait, kita lihat saja bagaimana sang investor merespon. Apakah masih yakin dengan referensi dan ekspektasinya atau mau ganti cerita yang lebih aman ….hehehehehe.

A Sosmed-ing be focused they say…

Have a clear understanding about why we medsos-ing do you use it for:
– just having fun?
– romantic / looking for partner?
– share experience? ? AKA nyombong
– money?
Whatever it is be clear about it… easier said than done… after so many years having twitter… I think I can say I dont have a clear purpose… I just go with the flow…

Jakarta di Starbuck yang harga americanonya 32rb… Sic

Masuk ke Dunia Crypto Currency

Sudah beberapa lama saya mendengarkan tentang Cryptocurency, dan saya akhirnya masuk ke dunia Crypto Currency ini… pertanyaanya adalah, mengapa saya masuk ke dunia Crypto Currency ini? berikut adalah alsannya:

  1. Kemudahan transfer: Crypto Curency memudahkan kita untuk mentransfer sejumlah uang, saya tidak bicara tentang transfer dalam negri tapi transfer asset ke luar negri ke negara manapun yang kita inginkan dengan biaya yang bisa di katakan minimum. Sayapun mencoba untuk mentransfer sejumlah asset yang cukup besar (ratusan juta) hanya perlu waktu tak sampai 10 menit uang tersebut tertransfer. Jadi saya konfirmasikan bahwa hal tsb bisa dilakukan.
  2. Memangkas biaya perbankan : bila kita membeli sesuatu di luar negri maka kita biasanya melakukannya dengan kartu kredit dan juga paypall, dimana kartu kredit dan paypall akan mengutip biaya biaya trtentu, ini bisa kita hindari bila kita mentransfer uang kita memakai Crypto currency. Ini juga akan sangat berguna untuk para TKI di luar negri yang biasa mengirimkannya dengan Western union, WU bisa mengutip sampai dengan 10% dr total yang kita krimkan. sedangkan biaya transfer Crypto Currency pakai ethereum misalnya hanya kira kira 6.000 rupiah
  3. Menhindari inflasi : Pada dasarnya dalam CryptoCurrency misalnya Bitcoin dan Ethereum, supply coinnya adalah tetap… misalnya 21 juta (BTC) dan 100jt (ETH) tanpa penambahan jumlah coin maka inflasi secara teoritis tidak ada. berbeda dengan uang yang kita gunakan pemerintah bisa menambah jumlah uang beredar dalam rangka mengendalikan ekonomi secara moneter. Tapi hal ini membuat nilai uang kita menurun setiap tahunnya. kalau anda merasa uang 100rb 4 th lalu bisa membeli lebih banyak barang dari sekarang maka itu juga karena efek inflasi. bayangkan 5 th inflasi 5% aja… uang kita nilainya menurun 25% lebih
  4. Tidak terikat oleh bank : Dalam dunia Cryptocurrency, anda adalah bank, andalah yang mengatur semuanya, itu uang anda terserah mau anda taruh dimana, kapan anda tarik dan kapan anda belanjakan.
  5. Pemerintah tidak bisa mengontrol uang anda: terkadang pada pemerintahan yang gagal, pemerintah akan menawan (hostage) asset dari penduduknya… misalnya di yunani, tiba tiba gak semua orang bisa menarik uang seenaknya, atau di negara kita pernah terjadi Sanering (memotong nilai uang dg tiba tiba) hal itu semua tidak akan bisa dilakukan ketika uang anda sudah menjadi digital.
  6. Menghindari Riba : Bagi yang tidak ingin terlibat riba, mungkin ini adalah salah satu option yang bisa di ambil. tidak hanya itu… dengan memakai kripto, maka bank juga tidak bisa menggandakan uang yang anda taruh di bank. kita tahu bahwa uang yang kita taruh di bank oleh pihak bank akan “di putar” bahkan di “gandakan” dengan cara utang dan pinjaman.

Meskipun terlihat menarik karena hal hal tersebut diatas, Crypto Currency ini masih banyak sekali masalah karena usianya yang masih muda. Agar lebih imbang maka saya tuliskan juga tentang permasalahan dari Cripto currency ini:

  1. Belum beredar luas: Tak satupun dari retailer di Indonesia yang menerima pembayaran Crypto currency lain halnya seperti di jepang
  2. Dimusuhin pemerintah dan bank: Karena Crypto ini menjadi ancaman bagi kontrol pemerintah dan bank, maka sebisa mungkin pemerintah akan mencoba menghalangi penggunaan Crypto ini semakin meluas, meskipun mereka tidak melarang pemilikannya. beberapa serangan terhadap crypto currency sudah berkali kali dilakukan dengan penyebaran HOAX dan FUD (Fear Uncertainty and doubt) untuk menakut nakuti pemakai Crypto Currency
  3. Tak mudah untuk mendapatkan dan mencairkan: Untuk sampai sekarang pembelian dan pencairan paling mudah memang lewat exchange, hanya ada beberapa exchange disini
  4. Terlalu Fluktuatif: Meski secara teori uang anda di Crypto Currency tidak berkurang nilainya, tapi nilai tersebut tergantung dari supply and demand, dan karena nilainya masih kecil maka dengan mudah pasar Crypto di “goyang”. sehingga tidak sesuai untuk instrumen investasi.
  5. Banyak Scam : Secara teori semua orang bisa membuat Crypto Currency, tergantung support dari miners dan wallet provider… dan beberapa Coin memang digunakan untuk “pump and dumb” dalam mengumpulkan uang, disini kita harus sangat berhati hati memilih koin yang “bagus”

Melihat dari itu semua, maka saya tetap untuk masuk ke dunia Crypto Currency karena percaya bahwa ini adalah cikal bakal uang kita masa depan. Masuk saat sekarang saja saya sudah merasa terlambat, apalagi kalau masuknya nanti ketika adoptionnya sudah tinggi. But we never know, apakah Crypto ini akan berhasil di masa depan, as long as we know the risk, its ok to join something new with a very calculated risk.

Jakarta 22 Jan 2018

Ahok sungguh tidak manusiawi

Tanggapan saya terhadap tulisan @awemany disini : https://ardiwirdamulia.com/2016/10/05/bagi-ahok-anda-dan-saya-cuma-barang-pameran-mati-kita/

I burned the bridge and amended

Few weeks back I am in the situation where I have to make a tough choice… One particular client has not signed the agreement, for two months..! We never had a problem before and the relationship is fantastic. My contat person is a woman… head of her division… I can describe her as the “coach” in that company, basically she inform me of the situation ahead of time, so I can prepare the things correctly, both information and politically.

When a client has been in two months receiving service without agreement, let alone payment, warned it many times that I can not continue providing the service to her team when we have not receive the agreement at certain date.

Certainly  the deadline is passed… I hold all the services… fair enough right… :). but my contact badly need me presenting to their bosses… and I told her, I bend my back to give them 2 months of service without agreement… so no dice… agreement first I said…

She is very surprise, little that I know she actually do not understand that we have certain deadline… the team has not properly communicated to her. Well, when she hear me saying that… she snapped and throw her phone… I can hear the sound of the phone hitting the desk :)

So there you go.. she will not respond to my email, phone or anything anymore, the bridge has burned. Flaming like the golden sun during the sunset, Beautiful… NOT. My boss almost has an heart attack knowing the situation (this client is one of the biggest revenue)… I said dont worry… I will solve it…

Later on I expressed my dissappointment with her team. So they speed up the process of signing the agreement, I also help them provide Top of The Line information… she still not responded my goodwill gesture, no thank you, no nothing… you know… woman… :)

So I have to find a way to meet her… she will not respond to any meeting invitation… so I aks  her team where can I meet her in person.. they told me that she usually go to a cafe after office hour,  I went there and meet her in person… at first, she is very surprised but she can not do anything because I already in front of her and said “Hi”with happy face, and the shake her hand and said. How are you… and you know what she said..?

“I still mad at you” she said… Yea I know… I respond… but I have limitation too you know… you will do the same if you were me. And she blurted  many many many words to express how dissapointed she is how she feel betrayed after all these years helping me… I patienly listening, you know… woman,  :).  cut the story short… we agreed on what we have to do when there is a very important deadline and there, we amended the bridge… no romance sorry… :)

Jkt 29th April

After 4 years of tweeting….

Today, I looked into my twitter statistics… and I am quite surprise that I have been tweeting for about four years… four years…!!!  Time goes by so fast, seems to me like I just started few months ago…

So, do I enjoy tweeting..? yes I actually enjoy it very much… sometime I bit chatty, sometime quiet… depends on the mood… I enjoy it up to the point that I forgot writing blog… not totally forgotten but lazily updating the blog… because I can easily tweet whatever comes to my mind.

what I particularly like about twitter is the interaction… twitter is actually bring new friends…  you can ask, they’ll answer, you can twitt your thoughts some will agree and Retweet, some does not agree and discuss, few time we have disagreement and do what so called twittwar.. :). all in all is fun… :), So after four years… how many followers I have got..? here it is… :)

Follower as per 9-23-2014

Follower as per 9-23-2014

 

350 Followers so far… that’s lame… I know…  someone will get 1000 or more follower in four years… well I don’t really care about the number of followers, as I said, I care more about the interactions… I don’t really see my twitt as a powerful one or will energize or motivate them in anyway… but if I can make them smile… I would be very happy… if that happened, usually they will respond in a way that it makes me smile too… I may not be a good looking person, but I certainly fun to be a friend… as I said in my current bio…

twitter1

If you ever wonder why I only twitt less than 1000, I actually deleted my twitt regularly… I do not want to put my spontaneous thoughts in internet forever, people change, you change me change… so better keep the twitt as update as possible to represent the current us… So that is my four years of tweeting… I hope you enjoy as much as me…

Jakarta, Four years after my first twitt…